Assalamualaikum wr.wb.
“Kau lah ibuku cinta kasihku, pengorbananmu
sungguh sangat berarti. Kau bagai matahari yang selalu bersinar, sinari hidupku
dengan kehangatanmu”
Siapa
yang tau lirik lagu di atas? Iya, itu adalah lirik lagu dari pelantun lagu
religi Hadad Alwi. Ibu adalah seseorang yang sangat special disetiap kehidupan
manusia. Tak jarang ketika membahas tentang ibu banyak yang menangis seperti
yang sering saya lihat ketika ada renungan yang menceritakan pengorbanan ibu.
Wajar saja sosok Ibu sangat dimuliakan
oleh Agama Islam, ada banyak sekali dalil yang membahas tentang kemuliaan
seorang Ibu, seperti :
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Sosok
ibu tiga kali lebih dimuliakan dari seorang ayah, telah kita ketahui ibu
memiliki peran yang sangat luar biasa. Karena kesulitan dalam menghadapi masa
hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan
merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu
hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
Saat bulan Ramadhan
ini saya benar-benar merasakan kehebatan seorang Ibu, ketika sahur ia bangun
lebih awal menyiapkan makanan untuk makan sahur, ia membangunkan kami ketika
semua hidangan makanan sudah tertata rapi dimeja makan. Tak pernah kujumpai ibu
membangunkanku meminta bantuan untuk menyiapkan makan sahur. Ketika menjelang
berbuka ia pun juga semangat sekali menyiapkan menu masakan untuk berbuka
puasa, ibu memang pantang memerintah ia hanya memberikan teladan yang baik
sehingga aku sendiri malu kalau tidak membantu pekerjaan rumah ketika ibu sibuk
dengan pekerjaannya.
Di hari ke empat Ramadhan
kali ini, aku pun merasakan begitu susahnya menjadi seorang ibu, tapi ibu tidak
pernah menunjukkan kelelahannya itu.
Kemarin ibu ada
pekerjaan yang penting, ia harus pergi pagi dan pulang sore untuk suatu urusan.
Dan ibu meminta aku untuk menyiapkan semua menu berbuka puasa, tentu saja
dengan senang hati saya terima permintaan ibu.
Ketika ibu berangkat,
aku mulai bingung memikirkan menu apa yang akan dimasak untuk berbuka magrib
nanti. Biasanya kalau dikosan cukup mengayunkan kaki membeli makanan ke warung
atau ke pasar kalo pun masak paling populer tumis sayur kangkung ditambah sedikit sambel atau ceplok telur
hehe. nah kalo dirumah kan gak mungkin yah pake menu ala anak kosant, malu sama
Ayah ! hiihih
Disela kebingungan,
saya mulai saja dengan memasak nasi. Saya pikir kerjakan dahulu apa yang bisa
dikerjakan. Kalau mikir terus gak ada action nanti keburu buka puasa tiba. Kali
aja lagi asik masak nasi ketemu ide bagus. Dan taraaaaa, aku mandangin
bahan-bahan yang ada di dapur, dapat ide baru bakal ngolah pempek menjadi
martabak. Halaaaaaah, emang ada? Ada dong. Namanya Lenggang. Nah Lenggang ini
adalah makanan khas Kota Palembang, ini cara bikinnya :
- Pempek yang sudah direbus, di potong kecil.
- Siapkan telur lebih krang 5 buah, kocok hingga halus tambahkan garam/penyedap rasa.
- Lalu campur telur dengan pempek, ingat ya jangan semuanya. Yah lebih kurang 8 potongan pempek. Bayangin aja untuk bikin satu lingkaran piring martabak.
- Terus di goreng deh, yang sabar ya.
- Selanjutnya bikin kuahnya (Cuka*bahasapalembang), kuah Lenggang sama seperti pempek pada umumnya.
- Tinggal hias, biasanya pake timun di cincang halus, atau kalo mau pake udang halus juga enak. Hiaslah sesuka selera teman-teman.
- *tips* Masaklah dengan rasa Cinta (dengan senang hati) , insha Allah semua suka. Hehe
Masih ada
yang belum kenal dengan Lenggang, ayok kenalan dulu. Ehehe
![]() |
Lenggang Patah-Patah :D |
yang disiapkan
Ibu, tinggal digoreng terus disambel. Nyaamm..
Ini baru sehari loh
dapat amanah mengolah rumah hingga menyiapkan menu buka puasa. Nah ibu kita ?
setiap hari, bahkan bertahun-tahun seperti itu. Tidakkah kita bersyukur? Itu adalah
nikmat yang diberikan oleh Allah.
Untuk kita semua, selagi ibu masih ada, meringankan
beban ibu adalah kewajiban untuk kita. Sehebat apa pun kita membalasnya takkan
bisa mengalahkan semua pengorbanan ibu kita. Minimal kita membantu meringankan
pekerjaannya dirumah, senyum ibu adalah semangat untuk kita. Jika ibu sudah
Ridha terhadap kita secara otomatis ridha Allah akan selalu hadir dalam langkah
kita.
Teruslah mencari ridha orang tua, karena ridha
Allah tergantung dengan ridha orang tua, dan sebaliknya jika orang tua murka, maka
Allah akan demikian.
Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum. Wr.wb
Perindu Pagi, 21 Juni 2015
Sayang Amak .... :)
BalasHapusMbak, kunjungi blog Mardes: adhara23-mardes-nurhayati.blogspot.com
Cakeepp
BalasHapus